Halaman

Rabu, 19 Oktober 2011

TEORI BEHAVIORISTIK



 TEORI BEHAVIORISTIK.

Teori behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang yang diperoleh melalui pengalaman.
Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik.
Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).

TEORI PEMBELAJARAN DESKROPTIF DAN PERSPEKTIF


TEORI DESKRIPTIF DAN TEORI PERSPEKTIF

Pengertian

Teori perspektif adalah goal oriented ==> Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran perspektif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, Teori deskriptif adalah goal free ==> teori belajar deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil.
            Itulah sebabnya variable yang diamati dalam mengembangkan teori belajar yang perspektif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori pembelajaran deskriptif, variable yang diamati adalah hasil belajar sebagai akibat dari interaksi antara metode dan kondisi.

UNSUR-UNSUR DINAMIS DALAM PEMBELAJARAAN


Unsur – Unsur Dinamis Yang Terkait Di Dalam Proses Belajar.

Pengertian.

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang dapat berubah dalam proses belajar. 

            Perubahan unsur-unsur tersebut dapat berupa: dari tidak ada menjadi ada atau sebaliknya, dari lemah menjadi kuat dan sebaliknya, dari sedikit menjadi banyak dan sebaliknya.

Faktor -Faktor yang Berpengaruh Dalam belajar


Faktor -Faktor yang Berpengaruh Dalam belajar
 
1)   Faktor Eksternal
          Lingkungan Sosial (Sekolah, Masyarakat & Keluarga)
          Lingkungan Non sosial (Lingkungan Alamiah, faktor instrumental, Factor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).

2)      Factor internal
          Factor fisiologis (keadaan tonus jasmani, keadaan fungsi jasmani/fisiologis)
          Factor psikologis (kecerdasan /intelegensia siswa , Motivasi, Minat, sikap, bakat)

Selasa, 18 Oktober 2011

noktah pada tumbuhan


Noktah Pada Tumbuhan
Di antara dinding sel yang mengalami penebalan, terdapat bagian-bagian tertentu yang tidak ikut  menebal yang disebut noktah. Di dalam noktah terkadang dijumpai plasmodesmata, yang berfungsi untuk meneruskan rangsang dan makanan dari 1 sel ke sel yang lain. Pada waktu sel mengalami penebalan maka bagian dinding sel yang tertembus benang plasma tidak ikut menebal.

Jumat, 14 Oktober 2011

KESIAPAN BELAJAR


KESIAPAN BELAJAR
KESIAPAN.

menurut Bambang Irianto (2002: 115) Kesiapan adalah kemauan, keinginan dan kemampuan mengusahakan kegiatan yang tergantung pada kematangan, pengalaman, mental dan emosi. Sedangkan menurut Hendro Widodo (2005: 42) Kesiapan sebagai suatu keadaan seseorang yang memiliki kemauan, keinginan, dan kemampuan (kompetensi) untuk melakukan suatu kegiatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kesiapan adalah keadaan maupun kemampuan yang telah dimiliki seseorang sebelum melakukan suatu tertentu.

Minggu, 09 Oktober 2011

Duhai Ibunda…


Duhai Ibunda…

Maafkanlah ananda, jika mata ini pernah sinis memandang, dan lidah yang pernah mengucap makian sehingga membuat luka hatimu
Maafkan pula jika kesibukanku menghalangi doa terhatur untukmu
Ampunilah ananda yang tak pernah bisa membahagiakanmu, wahai ibunda

Selasa, 04 Oktober 2011

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

BELAJAR


Crow & Crow (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.

Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya 
respons terhadap sesuatu situasi”.

Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.

Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”.

Sabtu, 01 Oktober 2011

STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN

ANATOMI PERBANDINGAN HEWAN VERTEBRATA

•Mempelajari susunan tubuh hewan vertebrata
•Membandingkan susunan organ tubuh antar kelas pada sub phylum vertebrata
•Tubuh hewan terbagi menjadi :
       - caput / chepala : kepala
       - collum / servix : leher
       - trunchus / abdomen : badan
       - cauda : ekor
       - extremitas : anggota badan bebas
           ^ ant / pos
               ^ sup / inv

Kamis, 29 September 2011

kk hewan pertemuan ke 2

   
KKH : Porifera

Porifera dalam bahasa latin , porus artinya pori, sedangkan fer artinya membawa.Porifera adalah hewan multiseluler atau metazoa yang paling sederhana.Karena hewan ini memiliki ciri yaitu tubuhnya berpori seperti busa tau spons sehinggaporifera disebut juga sebagai hewan spons.

Ciri Tubuh

Ciri tubuh Porifera meliputi ukuran, bentuk, struktur dan fungsi tubuh.

Ukuran dan bentuk

Ukuran porifera sangat beragam.Beberapa jenis porifera ada yang berukuran sebesar butiran beras,
sedangkan jenis yang lainnya bisa memiliki tinggi dan diameter hingga 2 meter.
Tubuh porifera pada umumnya asimetris atau tidak beraturan meskipun ada yang simetris radial.
Bentuknya ada yang seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau bercabang seperti tumbuhan.
Tubuhnya memiliki lubang-lubang kecil atau pori(ostium).Warna tubuh bervariasi, ada yang berwarna pucat,
dan ada yang berwarna cerah, seperti merah, jingga, kuning bahkan ungu.

 Struktur dan fungsi

Tubuh porifera belum membentuk jaringan dan organ sehingga porifera dikelompokkan dalam protozoa.
Permukaan luar tubuhnya tersusun dari sel-sel berbentuk pipih dan berdiding tebal yang disebut pinakosit.
Pinakosit berfungsi sebagai pelindung.Diantara pinakosit terdapat pori-pori yang membentuk saluran air yang bermuara di spongosol atau rongga tubuh.Spongosol dilapisi oleh sel “berleher” yang memiliki flagelum, yang disebut koanosit.Flagelum yang bergerak pada koanosit berfungsi untuk membentuk aliran air saru arah sehingga air yang mengandung makanan dan oksigen masuk melalui pori ke spongosol.Di spongosol makanan ditelan secara fagositosis dan oksigen diserap secara difusi oleh koanosit.Sisa pembuangan dikeluarkan melalui lubang yang disebut oskulum.
Zat makanan dan oksigen selalin digunakan oleh koanosit, sebagian juga ditransfer secara difusi ke sel-sel yang selalu bergerak seperti amoeba, yaitu amoebosit (sel amoeboid).Fungsinya pun sama yaitu mengedarkan makan dan oksigen keseluruh sel-sel tubuh lainnya.


Cara hidup dan Habitat

Porifera hidup secara heterotof.Makananya adalah bakteri dan plankton.Makanan yang masuk kedalam tubuhnya berbentuk cairan.Pencernaan dilakukan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit.Habitat porifera umumnya di laut, mulai dari tepi pantai hingga laut dengan kedalaman 5 km.Sekitar 150 jenis porifera hidup di ait tawar, misalnya Haliciona dari kelas Demospongia.Porifera yang telah dewasa tidak dapat berpindah tempat (sesil), hidupnya menempel pada batu atau benda lainya di dasar laut.Karena porifera yang bercirikan tidak dapat berpindah tempat, kadang porifera dianggap sebagai tumbuhan.


Reproduksi

Porifera melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual.Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule.Gemmule disebut juga tunas internal.Gemmule dihasilkan hanya menjelang musim dingin di dalam tubuh porifera yang hidup di air tawar.Porifera dapat membentuk individu baru dengan regenerasi.Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet (antara sperma dan ovum).Ovum dan sperma dihasilkan oleh koanosit.Sebagian besar Porifera menghasilkan ovum dan juga sperma pada individu yang sama sehingga porifera bersifat Hemafrodit.

Klasifikasi porifera

Berdasarkan bahan penyusun rangkanya, porifera diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu Hexactinellida atau Hyalospongiae, Demospongiae, dan Calcarea (Calcisspongiae).

Hexactinellida (Hyalospongiae)

Hexactinellida (dalam bahasa yunani, hexa = enam) atau Hyalospongiae (dalam bahasa yunani, hyalo = kaca/transparan, spongia = spons) memiliki spikula yang tersusun dari silika.Ujung spikula berjumlah enam seperti bintang.Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk vas bunga atau mangkuk.Tinggi tubuhnya rata-rata 10-30 cm dengan saluran tipe sikonoid.Hewan ini hidup soliter di laut pada kedalaman 200 – 1.000 m.Contoh Hexactinellida adalah Euplectella.

Demospongiae
 
Demospongiae ( dalam bahasa yunani, demo = tebal, spongia = spons) memiliki rangka yang tersusun dari serabut spongin.
Tubuhnya berwarna cerah karena mengandung pigmen yang terdapat pada amoebosit.Fungsi warna diduga untuk melindungi tubuhnya dari sinar matahari.Bentuk tubuhnya tidak beraturan dan bercabang.Tinggi dan diameternya ada yang mencapai lebih dari 1 meter.Seluruh Demospongiae memiliki saluran air tipe Leukonoid.Habitat Demospongiae umumnya di laut dalam maupun dangkal, meskipun ada yang di air tawar.Demospongiae adalah satu-satunya kelompok porifera yang anggotanya ada yang hidup di air tawar.Demospongiae merupakan kelas terbesar yang mencakup 90% dari seluruh jenis porifera.
Contoh Demospongiae adalah spongia, hippospongia dan Niphates digitalis.

 Calcarea (Calcisspongiae)

Calcarea (dalam latin, calcare = kapur) atau Calcispongiae (dalam latin, calci = kapur, spongia = spons) memiliki rangka yang tersusun dari kalsium karbonat.Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk seperti vas bunga, dompet, kendi, atau silinder.Tinggi tubuh kurang dari 10 cm.Struktur tubuh ada yang memiliki saluran air askonoid, sikonoid, atau leukonoid.
Calcarea hidup di laut dangkal, contohnya sycon, Clathrina, dan Leucettusa lancifer.
Berikut bentuk tipe saluran air dari porifera : askonoid, sikonoid, dan leukonoid

Peran Porifera dalam Kehidupan Manusia

Beberapa jenis porifera seperti spongia dan hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi dan alat gosok.Namun, spons mandi yang banyak digunakan umumnya adalah spons buatan, bukan berasal dari kerangka porifera.Zat kimia yang dikeluarkannya memiliki potensi obat penyakit kanker dan penyakit lainnya.


oskulum    : tempat keluarnya air yang berasal dari spongosol
mesoglea   : lapisan pembatas antara lapisan dalam dan lapisan luar
porosit    : saluran penghubung antara pori-pori dan spongosol. tempat masuknya air.
spongosol  : rongga di bagian dalam tubuh porifera
ameboid    : sel yang berfungsi mengedarkan makanan.
epidermis  : lapisan terluar
spikula    : pembentuk/penyusun tubuh
flagel     : alat gerak koanosit
koanosit   : sel pelapis spongosol seta berfungsi sebagai pencerna makanan.
di bagian ujungnya terdapat flagel dan di pangkalnya terdapat vakuola.

Rabu, 28 September 2011

KEANEKARAGAMAN HEWAN 1



PERTEMUAN I

PENDAHULUAN.

Keanekaragaman hewan sangatlah banyak, Dari 10-30 juta spesies yang ada, baru sekitar 1 juta sepesies yang diketahui dan dikenal. Oleh karnanya dibutuh sistem tatanama yang tepat dan benar untuk mendata, mengelompokan berdasar ciri2 tertentu.

Systematik ilmu hewan melakukan pengelompokan keanekaragaman hewan, serta mengembangkan dasar dan cara untuk melakukan klasifikasi

Monera        Protista        Plantae    Animalia     Fungi.
                                       
SISTEMATIKA

Adalah studi ilmiah mengenai jenis dan keanekaragaman organisme dan hubungan di antara mereka.

KLASIFIKASI

Adalah pengelompokana mahluk hidup berdasar ciri2 tertentu(cara hidup,domisili,dan daerah penyebaran).

TAKSONOMI (dari bahasa yunani)
Taxis= susunan.
Nomos=aturan/hukum.
Menurut chung khim 1975" keseluruhan teori dan praktik klasifikasi.

TATANAMA

Setiap spesies memiliki nama daerah tersendiri dan hanya dimengerti oleh penduduk sekitar, sehingga dibutuhkan sebutan yang berlaku secara internasional untuk masing2 spesies. Berfungsi untuk komunikasi ilmiah secara internasional diseluruh dunia, sehingga menyebabkan 1 spesies hanya memiliki satu 1 nama yang sah. Hal penamaan ini diatur dalam peraturan internasional tatanama hewan (ICZN) bagi hewan dan fosil hewan.

ATURAN PENULISAN

a.      Genus terletak didepan spesies.
b.   Penulisan huruf awal pada genus slalu diawali dengan huruf kapital,sedangkan pada spesies diawali  dengan huruf biasa.
c.      Berbeda dengan aturan penulisan bahasa yang baku pada umumnya.
d.      Pada penulisan tangan, diberi garis bawah yang terpisah antara genus dan spesies.
e.     Bila menyertakan nama daerah(umum/travial), nama ilmiah mengikuti dibelakangnya dalam tanda kurung.

taksonomi atau yang dikenal juga dengan istilah binominal nomenklatur adalah pemberian nama dengan dua kata.

HIRARKI TAKSON MELIPUTI.

Kingdom= dunia/kerajaan
            Phylum=filum
                        Class=kelas
                                    Ordo= bangsa
                                                Family= suku
                                                            Genus=marga
                                                                        Spesies= jenis.
PRAKTEK PENGKLASIFIKASIAN

Identifikasi: menempatkan individu2 dalam takson yang telah disiapkan. Lalu mencocokan nya dengan specimen yang telah ada, atau dengan cara determinasi yang telah disiapkan dengan binominal atau sebutan latinya.

DASAR PENGELOMPOKAN

a.       Morfologi, keadaan fisik dan anatomi hewan yang tampak secara umum
b.      Fisiologi, proses kompleks yang terjadi pada organisme yang sangat beragam pada setiap jenisnya.
c.       Biokimiawi, karakter molekul atau hasil metabolism.
d.       Ekologi,didasarkan atas interaksi organisme dengan oraganisme atau dengan linkungannya.
e.       Geografi,berhubungan dengan alopatri(prubahan yang terjadi karna terpisah dengan populasi induknya)

Senin, 26 September 2011

Kompetensi kepribadian



petensi kepribadian Adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.  Sub kompetensi dalam kompetensi kepribadian meliputi



I. PRIBADI GURU

  Adalah sangat penting seorang guru memiliki sikap yang dapat mempribadi sehingga dapat dibedakan ia dengan guru yang lain. Memang, kepribadian menurut Zakiah Darajat disebut sebagaisesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, dan atau ucapan ketika menghadapi suatu persoalan, atau melalui atasannya saja.
Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap    tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang, selama hal tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang. Begitu naik kepribadian seseorang maka akan naik pula wibawa orang tersebut.

  Kepribadian akan turut menetukan apakah para guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya. Sikap dan citra negative seorang guru dan berbagai penyebabnya seharusnya dihindari jauh-jauh agar tidak mencemarkan nama baik guru. Kini, nama baik guru sedang berada pada posisi yang tidak menguntungkan, terperosok jatuh. Para guru harus mencari jalan keluar atau solusi bagaimana cara meningkatnya kembali sehingga guru menjadi semakin wibawa, dan terasa sangat dibutuhkan anak didik dan masyarakat luas. Jangan sebaliknya.

  Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya. Karenanya guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat citra baik dan kewibawaannya, terutama di depan murid-muridnya. Disamping itu guru juga harus mengimplementasikan nilai-nilai tinggi terutama yang diambilkan dari ajaran agama, misalnya jujur dalam perbuatan dan perkataan, tidak munafik. Sekali saja guru didapati berbohong, apalagi langsung kepada muridnya, niscaya hal tersebut akan menghancurkan nama baik dan kewibawaan sang guru, yang pada gilirannya akan berakibat fatal dalam melanjutkan tugas proses belajar mengajar.

  Guru sebagai pendidik dan murid sebagai anak didik dapat saja dipisahkan kedudukannya, akan tetapi mereka tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan diri murid dalam mencapai cita-citanya. Disinilah kemanfaatan guru bagi orang lain atau murid benar-benar dituntut, seperti hadits Nabi :”Khoirunnaasi anfa’uhum linnaas,” artinya adalah sebaik-baiknya manusia adalah yang paling besar memberikan manfaat bagi orang lain. ( Al Hadits ).

II. STEREOTYPE GURU

  Stereotype guru adalah hal-hal klise yang sering dilakukan oleh para guru. Yang berkembang dimasyarakat kita adalah adanya suatu anggapan bahwa yang stereotype selalu dianggap benar, sedangkan yang diluar stereotype dianggap salah, sakit, gila dan sebagainya. Banyak orang yang tidak setuju dengan stereotype, mengorbankan dirinya dengan pura-pura mengikuti stereotype supaya ia tidak dianggap menyimpang, aneh ataupun gila. Sebagai contoh stereotype yang dilakukan oleh guru TK. Sang guru berteriak kepada anak didiknya.

   “Ayo anak-anak mari kita menggambar pemandangan.” Alkisah, begitulah seorang ibu guru TK atau SD sedang menyuruh anak didiknya untuk memulai menggambar sebuah pemandangan beberapa puluh tahun yang lalu. Sang ibu guru tadi pun memulai memberi contoh menggambar pemandangan. Ada dua buah gunung dengan bentuk segitiga lancip, kemudian ditengahnya terdapat matahari pagi yang mengintip diantara dua gunung tersebut, di atasnya ada awan-awan yang menggantung di angkasa, dan ada pula sekawanan burung yang terbang di angkasa berbentuk seperti angka 3 tidur. Ada juga jalan raya yang mungkin juga lengkap dengan tiang listriknya. Sawah berjajar berkotak-kotak di tepi jalan dengan tanaman padi yang berbentuk seperti huruf V berderet-deret, serta rumah mungil beserta pepohonan pun menghiasi coretan gambar pemandangan tersebut. Tak jarang terdapat aliran sungai yang berkelok-kelok. Sang murid pun dengan serta merta mengikuti pola gambaran pemandangan yang dibuat
oleh sang ibu guru tersebut. Dan ajaibnya pola gambar pemandangan seperti ini awet dan senantiasa terjaga kelestariannya hingga saat ini.

  Stereotype pemandangan seperti itu yang selalu tertancap erat di ingatan anak-anak Indonesia ketika hendak disuruh mengambar pemandangan.

  Pemandangan ya gambar dua buah gunung, ada matahari, jalan, sawah, rumah, awan, burung. Gambar dua gunung ya seperti itulah yang dinamakan dengan pemandangan.

  Dalam metodologi pembelajaran, guru seringkali menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materinya karena muncul anggapan bahwa mengajar selalu identik dengan pemberian ceramah, sehingga metode-metode pembelajaran diluar metode ceramah dianggap sebagai sesuatu yang aneh dan sulit dilakukan.

  Sebenarnya stereotype itu tidak sepenuhnya salah karena ada beberapa mata pelajaran yang memang akan berjalan efektif apabila disampaikan dengan cara ceramah, seperti pelajaran sejarah, PKn dan sebagainya, namun menganggap bahwa semua mata pelajaran biasa disampaikan kepada anak didik dengan metode ceramah adalah pembodohan terhadap anak didik itu sendiri. Sekarang ini, seorang guru harus berani meninggalkan stereotype dan berani menggunakan metode-metode modern yang sesuai dengan kebutuhan anak didiknya, agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan maksimal.

III. PROFESI GURU SEBAGAI PILIHAN

  Sebelum kita menetapkan apakah mengajar merupakan tugas guru yang termasuk profesi atau tidak atau bahkan sekedar tergolong pekerjaan biasa, kiranya perlu kita ketahui persyaratan yang dibutuhkan dalam sebuah aktivitas termasuk profesi. Belakangan telah sedemikian meluas istilah profesi atau professional dikenal dalam masyarakat. Namun sering kali pemahamannya kurang tepat.

  Kini sangat banyak yang menganggap bahwa setiap orang dapat mengerjakan suatu pekerjaan dengan baik, rapi, dan dapat memuaskan orang lain disebut telah melakukan pekerjaan secara professional. Sehingga dengan mudah masyarakat memberikan gelar professional hampir kepada siapa saja, asal dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Tak jarang kita dengar sebutan koruptor professional, pembantu professional, tukang batu professional, sopir professional dan seterusnya. Benarkah sebutan-sebutan tersebut.

  Qomari Anwar mendefinisikan profesi adalah sebuah sebutan yang didapat seseorang setelah mengikuti pendidikan, pelatihan ketrampilan dalam waktu yang cukup lama, sehingga dia punya kewenangan memberikan suatu keputusan mandiri berdasarkan kode etik tertentu, yang harus dipertanggungjawabkan sampai kapanpun. Melakukan tugas profesi memperoleh posisi yang prestisius dan mendapat imbalan gaji yang tinggi. Karenanya tidak semua pekerjaan yang ditekuni oleh seseorang walaupun sudah cukup lama otomatis disebut sebagai tugas profesi.

  Dalam hal jabatan guru, National Education Association (NEA) (1948) merumuskan bahwa jabatan profesi merupakan jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual, menekuni suatu batang tubuh ilmu tertentu, didahului dengan professional yang lama, memerlukan pelatihan jabatan yang kontinyu, menjanjikan karier bagi anggota secara permanent, mengikuti standar baku mutu tersendiri, lebih mementingkan layanan kepada masyarakat dibanding dengan mencari keuntungan sendiri, dan memiliki suatu organisasi professional yang kuat dan dapat melakukan control terhadap anggota yang melakukan penyimpangan. Dari beberapa pengertian yang disebutkan di atas kini muncul pertanyaan: Apakah tugas mengajar atau jabatan guru dapat termasuk jabatan profesi?

  Bisa jadi pertanyaan di atas memicu adanya jawaban yang beraneka ragam berdasarkan kenyataan yang dialami oleh para guru di lapangan. Namun Stinnett menegaskan bahawa jabatan guru sudah dianggap memenuhi criteria jabatan professional, bahkan mengajar bisa disebut sebagai ibu dari segala profesi.

  Apalagi setelah disahkannya undang-undang tentang guru dan dosen, maka jabatan guru tidak boleh dipandang sebelah mata oleh siapapun. Karena dengan diberlakukannya Undang-Undang tersebut, jabatan guru sudah merupakan jabatan profesi yang setara dengan jabatan-jabatan profesi lainnya seperti Dokter, Perawat dan lain sebagainya.

  Kalau dulu menjadi guru adalah pilihan terakhir ketika pilihan-pilihan utama tidak dapat tercapai, maka dengan diperhatikannya kesejahteraan guru oleh pemerintah, menjadi guru adalah sebuah pilihan yang utama. Jabatan guru merupakan jabatan terhormat dimasyarakat disatu sisi juga menjanjikan masa depan yang lebih terjamin dibanding profesi-profesi lainnya.

IV. DILEMA

  Menjadi seorang guru dewasa ini kadang menimbulkan dilema tersendiri, hal ini dikarenakan adanya perbedaan antara guru PNS dan Non PNS. Pemerintah terkesan menganak emaskan guru PNS, disisi lain menganak tirikan guru non PNS. Padahal kalau kita lihat bahwa mengajar disekolah-sekolah swasta jauh lebih sulit dibandingkan dengan sekolah-sekolah negeri, secara administrasi guru-guru Non PNS dituntut secara professional sama dengan guru-guru PNS akan tetapi secara kesejahteraan terjadi kesenjangan yang cukup dalam. Guru PNS mendapatkan berbagai macam tunjangan dari pemerintah pusat atau daerah, sementara guru-guru Non PNS tidak mendapatkan apa-apa.

  Sehingga yang terjadi banyak guru yang terpaksa mencari pekerjaan sampingan guna menopang kehidupan keluarganya. Akibatnya mereka tidak lagi konsentrasi dalam mengajar anak didiknya namun lebih kepada bagaimana bisa menghidupi keluarganya.

V. Masalah Kesehatan Fisik dan Mental guru


  Berdasarkan penelitian guru sangat rentan terhadap penyakit yang berhubungan dengan radang tenggorok sampai sariawan. Hal ini dikarenakan intensitas mengajar yang tinggi tanpa ditopang dengan asupan vitamin yang memadai, akhirnya yang terjadi system immune ( kekebalan ) menurun dan ia menjadi gampang terserang berbagai macam penyakit, terutama dua penyakit di atas.

  Disamping factor kesehatan fisik yang terganggu, para guru juga mengalami banyak gangguan mentalnya. Ada kemungkinan, menurut pendapat sejumlah peneliti, bahwa tidak adanya hidup kekeluargaan yang normal dan frustasi dalam hubungan seks yang normal turut menambah gangguan mental guru-guru wanita yang tidak kawin. Guru pria dianggap mempunyai mental yang lebih stabil bila mereka mempunyai keluarga yang normal.

  Berdasarkan penelitian itu dapat dibuktikan adanya guru yang mengalami gangguan mental, bahwa ada diantaranya yang memerlukan perawatan psikiater. Akan tetapi penelitian itu tidak menunjukkan apakah gangguan mental itu lebih banyak terdapat di kalangan guru dibandingkan dengan profesi lain. Juga tidak diketahui apakah gangguan mental itu telah ada pada calon guru, nyata atau laten, sebelum ia melakukan profesinya ataukah gangguan mental itu timbul sebagai akibat pekerjaannya sebagai guru. Selanjutnya tidak diketahui hingga manakah gangguan mental itu merugikan murid dan proses belajar mengajar.

- ariel de time-