Halaman

Senin, 21 Juli 2025

Serupa Tapi Tak Sama, Beda Tapi Serupa

    

UMKM dan Starup

Mirip tapi beda, beda tapi sama


    UMKM dikenal sebagai usaha yang tumbuh secara alami, mengakar di komunitas, dan berproses perlahan namun pasti. Di sisi lain, startup muncul dengan citra yang modern, serba cepat, berbasis teknologi, dan sering kali terkesan “melompat” melewati tahapan-tahapan konvensional. Pertentangan antara keduanya kerap muncul—UMKM dianggap tradisional dan lambat berkembang, sementara startup dinilai ambisius tapi belum tentu berkelanjutan. Padahal, keduanya punya tempat dan peran masing-masing dalam ekosistem ekonomi. Lalu, apa sebenarnya yang membedakan UMKM dengan startup secara mendasar?

    Perbedaan utama antara UMKM dan startup terletak pada cara mereka tumbuh dan menyelesaikan masalah. UMKM umumnya dibangun untuk menciptakan stabilitas ekonomi, fokus pada keuntungan harian, dan bertumpu pada kekuatan relasi lokal. Sementara itu, startup lahir dari sebuah ide yang mencoba menjawab masalah besar dengan cara baru, sering kali lewat teknologi, dan bertujuan untuk tumbuh cepat serta menjangkau pasar yang luas. Jika UMKM berkembang dengan irama yang tenang dan bertahap, maka startup bergerak cepat, penuh risiko, tapi juga penuh peluang. Meski terlihat bertolak belakang, keduanya tidak saling meniadakan—bahkan bisa saling mengisi. Banyak UMKM hari ini yang mulai bertransformasi menjadi startup, memanfaatkan digitalisasi untuk memperluas pasar dan meningkatkan efisiensi.

 

Apa itu Startup?


menurut Steve Blank (Bapak metodologi Lean Startup) menyatakan:
“A startup is a temporary organization used to search for a repeatable and scalable business model.”
→ Startup adalah organisasi sementara yang bertujuan menemukan model bisnis yang dapat diulang dan diskalakan.
(Blank, Steve. “The Startup Owner’s Manual”, 2012)

sedangkan menurut Eric Ries (penulis The Lean Startup):
“A startup is a human institution designed to deliver a new product or service under conditions of extreme uncertainty.” → Startup adalah lembaga yang dibentuk untuk menciptakan produk/layanan baru dalam kondisi ketidakpastian tinggi.
(Ries, Eric. “The Lean Startup”, 2011)

dan berdasarkan Forbes:
A startup is a phase of a company’s life cycle, before it matures into a sustainable business.”
→ Startup adalah fase dalam siklus hidup sebuah perusahaan, sebelum menjadi bisnis yang mapan.(Forbes.com, 2017)

Sehingga, Startup adalah sebutan untuk perusahaan rintisan yang masih berada di tahap awal pengembangan. "Biasanya", sekali lagi saya tekan kan bahwa "Biasanya" startup bergerak di bidang teknologi dan berfokus pada inovasi serta pemecahan masalah dengan cara yang lebih cepat, efisien, dan kreatif dibanding perusahaan tradisional. 


Ciri-ciri Startup:

  1. Baru berdiri: Umumnya masih berusia di bawah 5 tahun.

  2. Berbasis teknologi: Banyak menggunakan internet, aplikasi, atau software.

  3. Skalabilitas tinggi: Punya potensi berkembang sangat cepat dalam waktu singkat.

  4. Inovatif: Membawa solusi baru atau cara baru dalam menjalankan bisnis.


Apa itu UMKM?


    Secara umum, masyarakat mengartikan UMKM sebagai usaha-usaha kecil yang dijalankan secara mandiri oleh individu, keluarga, atau kelompok kecil. sedangkan menurut PP (Peraturan Pemerintah) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM menjelaskan UMKM secara lebih teknis dan terstruktur, sebagai berikut:

Menurut PP No. 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM:

    PP ini mengatur kriteria yang lebih resmi dan terukur mengenai UMKM. Kategorisasi UMKM dalam peraturan ini didasarkan pada:

a. Kriteria Modal Usaha:

Kategori

Modal Usaha (tidak termasuk tanah & bangunan tempat usaha)

Usaha Mikro

Maksimal Rp1 miliar

Usaha Kecil

Lebih dari Rp1 miliar sampai Rp5 miliar

Usaha Menengah

Lebih dari Rp5 miliar sampai Rp10 miliar

b. Kriteria Hasil Penjualan Tahunan:

Kategori

Penjualan Tahunan

Usaha Mikro

Maksimal Rp2 miliar

Usaha Kecil

Lebih dari Rp2 miliar sampai Rp15 miliar

Usaha Menengah

Lebih dari Rp15 miliar sampai Rp50 miliar

    Menurut Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional 2021–2024:

1. Calon Wirausaha.
  • Definisi: Setiap orang yang memiliki jiwa kewirausahaan dan memiliki ide bisnis dan/atau memiliki rintisan usaha 
  • Fokus pengembangan: Meliputi pelatihan ide usaha (inkubasi awal, pendampingan, dan sosialisasi kewirausahaan).
2. Wirausaha Pemula.
  • Definisi: Wirausaha yang sedang merintis usahanya untuk menjadi mapan, dan sudah terdaftar dalam Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi secara elektronik 
  • Periode: Usaha belum cukup lama (kurang dari 42 bulan sejak terdaftar).
3. Wirausaha Mapan
  • Definisi: Wirausaha yang usahanya telah berjalan lebih dari 42 bulan sejak terdaftar secara elektronik dan telah berkembang—terbukti dengan mempekerjakan karyawan 
  • Fase: Usahanya stabil dan siap memperluas skala.

UMKM VS Starup?





sehingga dapat di simpulkan bahwa :

    UMKM dan Starup adalah  usaha yang dapat dilakukan oleh orang perorang atapun badan usaha dengan tujuan profit dengan meningkat nilai guna suatu barang dan jasa. hanya saja perlu di garis bawah i bahwa,
Startup = bisnis rintisan yang biasnya berbasis teknologi dan inovasi, mengejar pertumbuhan cepat.
UMKM = adalah usaha mikro kecil/menengah yang lebih stabil dan seringkali berbasis lokal.

kemudian, Apakah UMKM dapat BERTRANSFORMASI menjadi Starup?


    berdasarkan kesimpulan bahwa UMKM dan Starup adalah usaha yang dilakukan untuk mendapatkan profit maka secara tidak langsung keduanya memiliki persamaan dan perbedaan yang menjadi ciri khasnya masing-masing. yang bila di visualisasikan akan tampak sebagai mana berikut.



    sehingga sangat memungkin UMKM bertransformasi mengalami akselerasi menjadi Starup demikian pula bila dalam kondisi kahar untuk mencegah kebangkrutan total Starup mengalami deselerasi menjadi UMKM biasan. untuk melakukan transformasi menjadi starup ada beberapa keriteria yang harus terpenuhi terlebih dahulu. Supaya tranformasi dapat terjadi serta dapat mengubah UMKM pada umumnya bisa disebut startup, perlu memenuhi kriteria berikut:

 1. Inovasi Produk atau Layanan
  • Tidak hanya menjual produk yang sama, tapi menciptakan nilai tambah unik.
  • Contoh: kripik tempe rasa fusion (keju–sambal matah), atau limbah jadi briket/kompos premium.
  • Startup lahir dari pemecahan masalah dengan cara baru.

 2. Skalabilitas Bisnis

  • Model bisnis bisa diperbanyak dan diperluas ke daerah lain tanpa peningkatan biaya secara linear.
  • Contoh: aplikasi pengelolaan limbah bisa digunakan di 10, 100, atau 1000 desa tanpa butuh 1000 operator.

 3. Digitalisasi Sistem

  • Mulai dari produksi, promosi, penjualan, hingga layanan pelanggan berbasis digital.
  • Memiliki jejak digital seperti: website, platform toko, media sosial aktif, dashboard internal.
  • Bukan hanya "jual online", tapi digital sebagai core system.

 4. Validasi Pasar

  • Sudah menguji apakah produk/layanan benar-benar dibutuhkan pasar.
  • Ada data pembelian, feedback pelanggan, pertumbuhan demand.

5. Visi Pertumbuhan Cepat

  • Target pertumbuhan bukan hanya "tambah omzet", tapi menjangkau pasar yang lebih luas dalam waktu lebih singkat.
  • Ada roadmap ekspansi: regional → nasional → ekspor.

 6. Sistem Operasi Terukur

  • UMKM umumnya informal, sedangkan startup membangun sistem kerja: SOP, logistik, produksi, manajemen tim.
  • Semua proses bisa diduplikasi, dilacak, dan dikembangkan.

7. Model Bisnis yang Fleksibel & Terdokumentasi

  • Tidak hanya jual putus, tapi bisa:
    • Langganan (subscription)
    • Kemitraan (reseller, B2B)
    • Monetisasi sistem/platform (contoh: ReWaste, Cemilan.id)

 8. Kemampuan Menarik Pendanaan

  • UMKM biasa bergantung pada modal sendiri/hibah.
  • Startup membangun cerita bisnis dan traction untuk bisa menarik investor, inkubator, atau pendanaan kreatif.

 9. Tim Multidisiplin

  • Mulai melibatkan keahlian lain: teknologi, desain, marketing digital, keuangan.
  • Tidak hanya dikelola keluarga, tapi mulai membentuk tim kolaboratif.

 10. Mindset Pertumbuhan dan Eksperimen

  • Berani uji pasar, gagal cepat, dan perbaiki cepat (lean startup).
  • Tidak stagnan di zona nyaman, tapi aktif mencari peluang baru.

Berdasarkan analisi dari indikator-indikator dapat dibuat sebuah form check list terkait kesiapan UMKM untuk dapat bertranformasi menjadi Starup, 




🎯 Singkatnya:

“UMKM yang ingin menjadi startup harus berhenti berpikir sebagai ‘penjual barang’, dan mulai berpikir sebagai pemecah masalah yang tumbuh cepat.”


    Sebagai contoh kasus akan kita bahas komparasi terkait perubahan usaha antara pengolahan limbah sampah sebagai UMKM dengan Starup serta usaha pengolahan keripik tempe sebagai UMKM dan starup.

🟢 UMKM Konvensional


Bank Sampah “Bersih Mandiri” melayani warga sekitar, memilah sampah, menjual hasil daur ulang ke pengepul. Tidak ada sistem digital. Sifatnya komunitas.

🔴 Startup


“Bersih Mandiri” adalah platform digital yang menghubungkan pengguna dengan jasa pickup sampah, dashboard pelaporan ke pemda, dan marketplace hasil daur ulang. Ada sistem poin dan edukasi digital.

Aspek

UMKM Konvensional (Pelaku Usaha Umum)

Startup Pengolahan Limbah

Tujuan Utama

Memberikan layanan pengelolaan limbah secara lokal

Menciptakan solusi teknologi untuk pengelolaan limbah yang masif

Skala Operasi

Terbatas pada satu wilayah atau komunitas

Dirancang untuk tumbuh cepat dan menjangkau banyak daerah

Teknologi

Manual atau semi-manual (misal bank sampah konvensional)

Menggunakan aplikasi, IoT, AI, dashboard pelaporan digital

Model Bisnis

Pendapatan dari jasa langsung, produk daur ulang

Multi-stream: langganan, data, monetisasi mitra, B2B/B2G

Pendekatan

Operasional & komunitas langsung

Data-driven & teknologi sebagai alat utama

Sumber Pendapatan

Penjualan barang hasil daur ulang, subsidi, iuran

Platform fee, pendataan, jasa teknologi, kerja sama skala besar

Pelanggan/Pengguna

Warga lokal, komunitas, koperasi

Masyarakat umum, UMKM, pemerintah kota, sektor industri

Tim & SDM

Tim kecil dari masyarakat lokal

Tim multidisiplin: tech, bisnis, lingkungan

Pendanaan Awal

Swadaya, bantuan hibah, koperasi

Dana inkubasi, investor awal, CSR startup

Pertumbuhan Bisnis

Lambat & bertahap

Cepat & bisa eksponensial jika problem–solution fit tercapai

Keunggulan

Akar kuat di komunitas lokal, pendekatan sosial

Inovatif, bisa menjangkau wilayah luas, skalabel

Kelemahan

Sulit berkembang luas tanpa dukungan besar

Tingkat risiko tinggi, perlu validasi pasar dan teknologi

 

Berdasarkan data Komparasi tersebut dapat di ketahui bahwa

  •   UMKM pengolahan limbah fokus pada dampak langsung dan operasional komunitas.
  • Startup pengolahan limbah menciptakan sistem terintegrasi yang bisa direplikasi secara luas dan cepat.

Sedangkan, Contoh Kasus Usaha Keripik Tempe Sebagai UMKM dan Starup.


🔴 UMKM Konvensional


"Tempe Mak Ijah" di Pasar Godean memproduksi kripik tempe dengan rasa gurih original. Dijual ke warung sekitar dan dibawa ke pameran UMKM.

🔴 Startup


"Tempe Mak Ijah" menjual kripik tempe modern (rasa keju, rumput laut, sambal matah) dalam kemasan kekinian. Dipasarkan via Tokopedia, Shopee, dan Instagram. Bisa dipesan via langganan mingguan dan tersedia fitur pre-order produk baru.

Aspek

UMKM Kripik Tempe Konvensional

Startup Kripik Tempe

Tujuan Usaha

Menjual produk makanan untuk keuntungan harian

Membangun ekosistem produksi & distribusi makanan lokal secara digital

Skala Operasi

Terbatas di tingkat kampung/kecamatan

Target pasar nasional atau global melalui platform dan jaringan distribusi

Produksi

Manual atau semi-manual, berbasis rumah tangga

Menggunakan sistem produksi terstandar dan otomatisasi terukur

Teknologi

Minim atau tidak menggunakan teknologi

Memanfaatkan e-commerce, ERP produksi, traceability, dan analitik data

Model Bisnis

Jual putus ke konsumen atau reseller lokal

D2C (Direct to Consumer) melalui marketplace sendiri, bundling, subscription box

Branding

Nama lokal, kemasan sederhana, tidak fokus storytelling

Brand kuat, visual konsisten, storytelling lokal yang kuat

Distribusi

Offline: pasar tradisional, titip warung

Online: marketplace, reseller digital, sistem keagenan berbasis aplikasi

Pelanggan

Konsumen lokal, tetangga, toko kelontong

Konsumen urban, pecinta makanan sehat/tradisional, pasar ekspor

Pendanaan

Modal sendiri, pinjaman koperasi, atau dana keluarga

Potensial dari investor, inkubator, crowdfunding

Pertumbuhan

Stabil dan bertahap

Target tumbuh cepat, perlu validasi pasar dan skalabilitas

Inovasi Produk

Varian rasa terbatas, dikembangkan sesuai kemampuan produksi

R&D untuk inovasi rasa, pengemasan modern, dan diversifikasi pasar

Tim & SDM

Dikelola keluarga atau tetangga

Tim profesional: produksi, digital marketing, supply chain

Citra Usaha

Usaha rumahan yang berdikari

Brand nasional yang mempromosikan kuliner lokal ke pasar luas

 

Berdasarkan data Komparasi tersebut dapat di ketahui bahwa,

  • UMKM kripik tempe cocok untuk mempertahankan kearifan lokal dengan pengelolaan yang mandiri.
  • Startup kripik tempe membawa potensi produk lokal naik kelas ke pasar nasional/global dengan dukungan teknologi, kemasan, branding, dan model distribusi baru.

    UMKM dan startup sering kali dipandang sebagai dua entitas yang berbeda arah: satu tumbuh dari akar tradisi dengan langkah perlahan, sementara yang lain melesat cepat dengan semangat inovasi dan teknologi. Namun kenyataannya, keduanya dapat saling mengisi dan menjembatani kebutuhan zaman. UMKM tetap menjadi fondasi ekonomi rakyat, khususnya dalam sektor riil seperti pengolahan kripik tempe atau limbah rumah tangga.
     Sementara itu, ketika usaha-usaha ini mulai mengadopsi pendekatan digital, memperkuat branding, serta membuka diri pada pasar yang lebih luas dan sistem yang lebih skalabel—di situlah semangat startup mulai masuk. Seperti dalam contoh kripik tempe dan pengolahan limbah, transformasi dari pelaku usaha biasa menjadi startup bukan hanya mungkin, tapi juga menjanjikan. 
    Dengan memahami posisi, kekuatan, dan tantangan keduanya, kita tidak harus memilih antara menjadi UMKM atau menjadi startup, tapi bisa tumbuh dari satu menjadi yang lain—berproses dari lokal menuju global, dari usaha harian menjadi inovasi berdampak luas.